Jumat, 29 Juli 2011

Ukuwah Islamiyah - Habib Rizieq Shihab

Published with Blogger-droid v1.7.3

Jumat, 22 Juli 2011

Jalan Menuju Kebahagiaan

Semua orang pasti mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sesungguhnya banyak jalan untuk menggapai kebahagiaan. Tetapi tidak semua orang dalam mencapai kebahagiaan melalui cara / jalan yang benar sesuai tuntunan agama.
Untuk mendapatkan rasa bahagia tidak bisa ditempuh dengan satu jalan. Beberapa jalan menuju kebahagiaan yang hakiki dapat ditempuh melalui antara lain : kesabaran, bersyukur dan berdo’a / ibadah.
Rasa bahagia adalah hati merasa senang dan tentram, hal ini diisyaratkan dalam firman Allah (Ar – Ra’d 28)
 الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
  (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Insya Allah dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.
 Maka dengan mengingat Allah hati menjadi tentram, jiwa menjadi bahagia, batin jauh dari rasa gundah.
Lebih jelas lagi Allah berfirman (Al-Baqarah : 152)
 فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu.”
Hal ini menunjukkan bahwa perintah Allah mengarahkan kepada kita agar selalu mengingat kepada-Nya, dengan lidah, pikiran dan perbuatan.
Maksudnya :
Dengan  lidah untuk menyucikan dan memuji-Nya, tidak menyakiti hati orang lain, mementingkan kebenaran dan keadilan.
Dengan  pikiran berarti membantu penyelesaian permasalahan orang lain, memperhatikan terhadap ayat-ayat Allah, perhatian terhadap penderitaan orang lain.
Dengan  perbuatan berarti melaksanakan segala perintah Allah, membantu orang yang kesulitan.
Kalau hal ini dilaksanakan dengan penuh istiqomah maka rasa bahagia akan hadir pada saat kita senang ataupun pada saat kita menderita.Dengan rasa sabar boleh jadi kita mengatakan bahwa penderitaan yang kita alami belum seberapa jika dibanding dengan rahmat Allah yang sebelumnya telah kita alami.
Hal ini dikuatkan dengan firman Allah (Al-Baqarah : 153)
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
  “Wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar)”
Oleh karena itu kita harus bisa menghapus pikiran bahwa sumber kebahagiaan hanya terletak pada kekayaan harta / materi.
Kenyataan membuktikan banyak orang kaya yang hidupnya, bingung, khawatir/ resah dan sakit-sakitan, bahkan keluarganya berantakan.
Sebenarnya kebahagiaan itu bertumpu pada upaya untuk tidak kecewa dengan apapun yang dianugerahkan oleh Allah, sedikit atau banyak agar selalu mensyukuri.
sumber : semuatersedia.com
kata kunci :
jalan munuju kebahagian, kebahagiaan dunia akhirat, pertolongan ALLAH, mengingat ALLAH, nurun ala nurin, dzikir.

Selasa, 19 Juli 2011

Puasa Sebagai Pintu Ibadah


Baru saja kita melaksanakan Nisfu Sya'ban dan sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Pada bulan yang penuh dengan berkah dan rahmat Allah S.W.T kita diwajibkan untuk berpuasa dari Imsyak menjelang Shubuh sampai dengan tiba waktu Maghrib
Lazim kita ketahui, bahwa agama Islam ini penuh dengan perumpamaan simbol dan lambang- lambang.Hal ini,kiranya diciptakan Allah Ta’ala untuk memudahkan dan membuat kita akrab dengan ajaran agama, dengan merasakan suasana yang sepenuhnya kita sadari dan alami.Misalnya, ada hadits, “Miftahul Jannah La Ilaha Illa Llah”, (Kunci surga itu adalah pengucapan (penghayatan,pengamalan) bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah).
Dalam konteks puasa Ramadhan, yang akan kita laksanakan bersama ini. Puasa disebut Nabi Muhammad Shalallah alaih wasallam sebagai pintu ibadah.Nabi bersabda “ Li kulli Syaiin Babun, wa Babul Ibadah as Shaumu”,(Setiap segala sesuatu itu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa). (H.R. Ibn Al-Mubarak dalam Az-zuhud )
Menimbang  penting dan  kegunaan ibadah puasa ini,maka ia kerap diberlakukan sebagai ibadah terapis sebagai penangkal tumbuh liarnya nafsu syahwat libido,misalnya dalam hadits riwayat Imam Al Bukhari dari Ibn Mas’ud, dapat kita telaah anjuran Rasulullah Muhammad kepada para pemuda yang belum memiliki persiapan matang untuk menikah,dianjurkan untuk berpuasa, yang dalam bahasa beliau disebut  sebagai Wija’ (alat kendali).
Dalam telaah  Sayyid Haidar Al Amuly misalnya, penulis “ Asrarus Syariah wa Athwarul Thariqah wa Anwarul Haqiqah”,   puasa disebut sebagai pintu ibadah dikarenakan ia berfungsi terhadap  dua hal.Pertama, puasa dapat mencegah sesuatu yang dilarang agama dan kedua, puasa adalah bentuk penyerangan terhadap godaan syaithan.Detailnya adalah sebagai berikut.
Pertama,puasa berpotensi mencegah  hal- hal yang dilarang, mencegah diri dari nafsu syahwat dan bahwa puasa itu adalah ibadah eksklusif, yakni ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Berbeda dengan shalat, zakat dan ibadah  selain keduanya yang masih mungkin dilihat sesama, sehingga dikhawatirkan tersusupi perasaan bangga dan bertindak pamer.Padahal bukankah telah maklum, bahwa keduanya adalah penyebab utama tertolaknya suatu ibadah dan ketaatan.
Kedua, puasa adalah sebentuk penyerangan terhadap syaithan, sebagai musuh Allah dan kita semua. Disebut menyerang syaithan, karena ia tidak akan mampu menggoda manusia, kecuali dengan jalan pemenuhan nafsu syahwat. Nah, rasa lapar dan dahaga adalah upaya preventif untuk menaklukkan segala nafsu syahwat yang tidak lain adalah piranti syaithan untuk menggoda manusia.
Jika piranti ini ditiadakan, adalah menjadi niscaya pula  hilangnya aktivitas godaan itu.Karena itu, Nabi Muhammad bersabda : “ Sesungguhnya syaithan itu menyusuri putra  Adam, sebagaimana aliran darah, maka sempitkan alirannya dengan lapar”.Dengan hadits ini, kita dapat memahami makna hakikat hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi Saw pernah bersabda :
“Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka dan pntu-pintu neraka ditutup. Syaithan-syaithan dibelenggu. Maka berserulah seorang penyeru : “Hai siapa yang menginginkan kebaikan datanglah! Dan siapa ingin (melakukan) kejahatan, cegalah dirimu! (H.R. Turmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Dari komparasi dua hadits di atas,kiranya telah jelas bahwa yang dimaksud syaithan dibelenggu, lebih mengena diartikan bahwa peluang dan piranti  syaithan untuk menggoda manusia di bulan puasa Ramadhan  benar- benar ditutup, dikendalikan dengan terapi lapar manusia yang berpuasa.Dengan ditutupnya peluang melakukan dosa bermakna neraka siksaan telah pula ditutup dan yang tinggal kemudian adalah bekerjanya nurani manusia untuk kembali pada jalan Allah yang membawanya menuju surga keridhaan Allah Ta’ala.
Semuanya kemudian kembali pada pribadi kita masing- masing untuk mengetuk dan mau membuka pintu ibadah ini.Kita sambut dan  jemput dengan gempita peluang berharga yang dihadiahkan Allah Ta’ala ini, yang dengan puasa ini,ibadah- ibadah atau penghambaan yang lain menjadi terbuka dan mudah untuk dimakna dan dijalankan.
sumber : Yusuf Suharto pada PesantrenVirtual.com.

Kata kunci :
puasa ramadhan, ibadah puasa

Minggu, 17 Juli 2011

Balasan dari Allah SWT kepada orang yang berinfaq

Balasan dari Allah SWT kepada orang yang berinfaq - Habib Munzir Al Musawa
Published with Blogger-droid v1.7.2